T >> takut
mengapa kita harus takut? Kita harus ingat, bahwa kita punya ...
T >> TUHAN yang lebih besar dari apapun
Monday, October 29, 2012
Wednesday, October 24, 2012
Monday, October 22, 2012
Kasih-Mu Luar Biasa
Malam Tuhan.
Aku bersyukur buat setiap kasih-Mu yang selalu ada dan tak pernah berhenti.
Aku bersyukur Engkau beri nafas kehidupan setiap harinya.
Aku bersyukur buat setiap makanan, minuman yang selalu Engkau cukupkan.
Aku bersyukur Tuhan kasih orang tua yang hebat.
Aku bersyukur Tuhan kasih kakak adik yang hebat.
Aku bersyukur Tuhan sediakan teman-teman yang hebat.
Aku bersyukur buat segala cinta Tuhan Yesus yang begitu besar.
Aku bersyukur buat masalah-masalah yang Tuhan kasih untuk mendewasakan aku didalam Kristus Yesus.
Aku bersyukur buat setiap kasih-Mu yang selalu ada dan tak pernah berhenti.
Aku bersyukur Engkau beri nafas kehidupan setiap harinya.
Aku bersyukur buat setiap makanan, minuman yang selalu Engkau cukupkan.
Aku bersyukur Tuhan kasih orang tua yang hebat.
Aku bersyukur Tuhan kasih kakak adik yang hebat.
Aku bersyukur Tuhan sediakan teman-teman yang hebat.
Aku bersyukur buat segala cinta Tuhan Yesus yang begitu besar.
Aku bersyukur buat masalah-masalah yang Tuhan kasih untuk mendewasakan aku didalam Kristus Yesus.
Tuesday, October 16, 2012
Thankyou Jesus..
Selamat malam Tuhan Yesus. Terimakasih Tuhan buat semua berkat-Mu yang tercurah hari ini. Terimakasih Tuhan karena Engaku tak pernah sekalipun meninggalkan aku. Aku tahu Tuhan, Engkau selalu tuntun dan bimbing langkah ku Tuhan. Aku tahu Engkau tidak akan pernah melepaskan aku Bapa. Aku percaya Tuhan tak akan membiarkan aku terpuruk lebih dalam lagi. Tuhan, aku percaya semua yang terjadi hari-hari ini, untuk kebaikanku, agar aku semakin sabar, semakin kuat, dan selalu mengandalkan Engkau Tuhan.
Terimakasih Tuhan, buat figur Bapak yang aku dapatkan disekolah. Buat figur kakak-kakak yang selalu peduli terhadap apa yang aku alami Tuhan. Buat teman-teman yang selalu mengajari aku dan mendukung aku agar aku lebih lebih dan lebih lagi untuk dekat dengan Engkau.
Terimakasih Tuhan, buat semua kasih Bapa yang mereka salurkan kepadaku Tuhan. Buat kasih yang mengalir tak pernah berhenti.
Aku bersyukur Bapa, Engkau membawa aku ke dalam komunitas ini. Aku nggak tahu bagaimana caranya aku bisa mengungkapkan rasa terimakasih, rasa sayang dan cintaku pada Tuhan yang semakin hari semakin besar.
Terimakasih Tuhan, buat figur Bapak yang aku dapatkan disekolah. Buat figur kakak-kakak yang selalu peduli terhadap apa yang aku alami Tuhan. Buat teman-teman yang selalu mengajari aku dan mendukung aku agar aku lebih lebih dan lebih lagi untuk dekat dengan Engkau.
Terimakasih Tuhan, buat semua kasih Bapa yang mereka salurkan kepadaku Tuhan. Buat kasih yang mengalir tak pernah berhenti.
Aku bersyukur Bapa, Engkau membawa aku ke dalam komunitas ini. Aku nggak tahu bagaimana caranya aku bisa mengungkapkan rasa terimakasih, rasa sayang dan cintaku pada Tuhan yang semakin hari semakin besar.
Monday, October 15, 2012
Menangis
Menangis itu caraku untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa aku ungkapkan. Kadang aku juga tidak mengerti mengapa aku harus menangis. Kalau ada seseorang tanya : "Kenapa kamu nangis?", aku juga bingung mau jawab apa, karena aku lebih sering menangis karena aku tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang aku rasakan saat itu.
Sunday, October 14, 2012
satu tubuh di dalam Kristus
Roma 12 : 4-5
Sebuah organisasi kerohanian sangat membutuhkan kesatuan hati. Sebuah organisasi kerohanian tidak membutuhkan seorang pemimpin yang otoriter. Namun, seorang pemimpin yang memiliki hati hamba. Oh iya, bukan hanya pemimpin saja yang harus memiliki hati hamba, tetapi juga setiap anggotanya.
Sebuah organisasi kerohanian membutuhkan keterbukaan. Anggaplah satu dengan pengurus lainnya sebagai saudara atau keluarga. Setiap anggotanya juga perlu menjalin suatu hubungan, dan bukan hanya asal menghafal nama satiap anggota.
Tak mungkin dapat berjalan sendiri-sendiri. Pasti ada yang akan jadi kepala, ada yang akan menjadi tangan, kaki, dsb.
Sebuah organisasi kerohanian sangat membutuhkan kesatuan hati. Sebuah organisasi kerohanian tidak membutuhkan seorang pemimpin yang otoriter. Namun, seorang pemimpin yang memiliki hati hamba. Oh iya, bukan hanya pemimpin saja yang harus memiliki hati hamba, tetapi juga setiap anggotanya.
Sebuah organisasi kerohanian membutuhkan keterbukaan. Anggaplah satu dengan pengurus lainnya sebagai saudara atau keluarga. Setiap anggotanya juga perlu menjalin suatu hubungan, dan bukan hanya asal menghafal nama satiap anggota.
Tak mungkin dapat berjalan sendiri-sendiri. Pasti ada yang akan jadi kepala, ada yang akan menjadi tangan, kaki, dsb.
Saturday, October 13, 2012
teguran = kebaikan untuk masa depan
Awalnya memang sebuah teguran akan sangat menyakitkan, bahkan dapat melukai hati. Namun, jangan jadikan teguran ini menjadi sebuah kepahitan. Dan percayalah, bahwa dibalik teguran ini akan ada buah berkat yang sangat besar dibelakangnya.
Aku percaya sebuah teguran adalah sebuah kebaikan untuk masa depan. Seperti dikatakan dalam firman Tuhan; Ayub 5:17-18
17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan yang Mahakuasa.
18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
Tuhan tahu bagaimana aku saat ini, Tuhan aku percaya melalui teguran-teguran-Mu itu kedewasaan rohani akan terus dibentuk oleh Tuhan.
Tuhan, aku ingin lebih dekat lagi dengan Engkau, lebih lagi untuk mencari hadirat-Mu. Aku tahu Tuhan, hari-hari ini akan terasa sangat berat, tapi aku yakin Engkau yang akan bekerja atas aku.
Aku percaya sebuah teguran adalah sebuah kebaikan untuk masa depan. Seperti dikatakan dalam firman Tuhan; Ayub 5:17-18
17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan yang Mahakuasa.
18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
Tuhan tahu bagaimana aku saat ini, Tuhan aku percaya melalui teguran-teguran-Mu itu kedewasaan rohani akan terus dibentuk oleh Tuhan.
Tuhan, aku ingin lebih dekat lagi dengan Engkau, lebih lagi untuk mencari hadirat-Mu. Aku tahu Tuhan, hari-hari ini akan terasa sangat berat, tapi aku yakin Engkau yang akan bekerja atas aku.
Monday, May 7, 2012
My Story
Page -1-
Angkota Nomor Lima
Terik
panas matahari hari ini membuatku tak bersemangat. Keringat menetes membasahi
tubuh dan menghilangkan bau harumku. Lesu, letih, dan lelah. Masih duduk
terdiam mengikuti pelajaran sekolah yang sebenarnya mengasyikan, tapi entah
mengapa kali ini terasa sangat membosankan. Ya, pelajaran matematika. Sebagian
besar pelajar yang tidak menyukainya, mereka membuat kepanjangan dari kata matematika yaitu ‘Makin Teliti Makin Tidak
Karuan’. Namun walaupun aku sendiri tidak terlalu bisa dalam pelajaran ini, aku
sangat menyukainya.
Tanganku
yang menggenggam pensil terus bergerak. Entah apa yang ingin ku tulis, aku
sendiri tidak mengerti. Hanya coretan tanpa aturan dan tidak bermakna. Apalagi pikiranku sedang sangat malas untuk
berpikir.
“Teeeeeeeetttt”,
sepertinya kedua telingaku mendengar suara yang sangat ditunggu oleh para
siswa. Ternyata memang benar. Kedua telingaku mendengar bel pulang sekolah yang
terdengar sangat menyenangkan. Namun, tubuh ini rasanya tak ingin beranjak dari
tempat duduk. Membayangkan betapa lelahnya otakku apabila aku masih harus
mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah untuk mengejar nilai-nilaiku agar
aku dapat masuk kejurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Aku sangat ingin masuk
kejurusan itu, karena aku sendiri tahu bagaimana nilai-nilaiku di jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bahasa. Banyak nilai Ilmu Pengetahuan Sosial ku yang
jauh dibawah batas tuntas. Sangat menyedihkan.
“Vania,
ayo … langit sudah tampak gelap, kalau kita tidak berangkat sekarang, bisa-bisa
kita akan kehujanan.” Ajakan Christya, teman sebangkuku yang membuyarkan
pikiran otakku. Mau tak mau tubuhku ini harus berdiri dan berjalan menuju
tempat bimbingan belajar yang aku ikuti. Titik-titik hujan mulai jatuh saat aku
dan Christya sudah duduk di angkota nomor 2. Christya adalah teman yang sejak
di sekolah menengah pertama selalu berada satu kelas dengan aku. Sama seperti
saat ini, kami sama-sama duduk di kelas X-10 SMA Negeri 1 Salatiga. Sangat
senang bahwa saat SMA pun kami dapat duduk satu bangku lagi. Tak akan bosan aku menjadi teman sebangkunya.
Dia tahu banyak hal tentang aku. Jelas saja, kami bersama kira-kira hampir
empat tahun. Dia tahu bagaimana sikapku ketika aku sedang senang, ketika aku
sedang sedih, dan ketika aku sedang marah. Bahkan ketika aku sedang malaspun
dia sangat tahu. Tak perlu bertanya lagi padaku, dia tahu hari ini aku sedang
sangat malas. Christya memang seorang sahabat yang sangat baik.
Aku
duduk dibangku depan ketika aku mengikuti bimbingan belajar kimia. Berharap
agar konsentrasiku kembali muncul dan mengembalikan semangat belajarku. Namun
nyatanya sama saja, konsentrasiku hilang entah pergi kemana. Hujan semakin
deras. Hawa dingin merasuk ke tulang. Suara ibu guru cantik yang mengenakan
kerudung merah sesuai dengan pakaiannya terdengar sedang menjelaskan. Suara itu
hanya berlalu lalang di telingaku dan tak sedikitpun terekam di otakku. Ku
lirik jam tangan murah berwarna putih tapi kini sudah mulai kecoklatan. Saat
kulihat dengan seksama, terasa jarumnya berputar sangat lambat. Lima belas
menit berlalu. Menggerakkan tangan hanya untuk mencatat. Tiga puluh menit
berlalu. Ingin cepat-cepat aku berdiri untuk melemparkan tubuhku ini ke tempat
tidurku.
Berjalan sendiri. Tak biasa aku berjalan
sendirian seperti ini. Membiarkan tubuhku basah terkena air hujan. Menunggu angkota
dengan tatapan kosong. Beberapa menit berdiri di tepi jalan, akhirnya angkota
yang ku tunggu berhenti tepat di depanku. Aku menaiki angkota nomor 5 tanpa
perasaan apa-apa. Duduk melamun di depan pintu
angkota. Saat ku palingkan wajahku, mataku terpaku melihat laki-laki itu.
Tak sadar mataku dan matanya bertemu. Berbicara beberapa saat. Seakan bercerita
banyak hal setelah sekian lama tidak bertemu. Laki-laki itu masuk ke dalam angkota
dan kini duduk di sampingku. Laki-laki mengenakan seragam putih abu-abu,
mengenakan jaket hitam bergaris merah yang bertuliskan Jordan, membawa tas
ransel biru muda, di tangan kanannya menempel jam bermerek Puma , dan sepatu
hitam bermerek League membuatnya terlihat semakin tampan. Tangannya masih
membawa tas hitam Yamaha berisikan gitar yang membuatku kembali berada di masa
itu. Masa dimana aku selalu memperhatikannya saat bermain gitar. Permainan
gitar melodinya terdengar lagi di telingaku. Tak sengaja membuatku sedikit
tersenyum. Ya, dia temanku saat berada di bangku sekolah menengah pertama. Lebih
tepatnya mantan kekasihku. My Story
Page -2-
Aku
sangat menyukainya sejak pertama kali aku melihatnya berada satu kelas dengan
aku di kelas 7C SMP Negeri 1 Salatiga. Hatiku berdegup sangat kencang ketika
aku kembali tersadar bahwa ia duduk di sampingku. Tepatnya di sebelah
kiriku. Ku tutupi detak jantungku dengan
tas ransel coklatku agar tak terlihat olehnya detak jantungku yang berdegup
sangat kencang. Aku hanya diam terpaku.
“Baru
pulang?” tanyanya singkat membuat tenggorokanku terasa kering sehingga sulit
untuk bicara. Entah apa maksudnya bertanya seperti itu. Hanya basa-basi saja
atau memang dia benar-benar ingin tahu.
“Hm..
Oh aku baru saja mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Jadi baru bisa
pulang.” Jawabku gugup. Otakku terus mencari pertanyaan apa yang akan
kutanyakan padanya. Aku tak mungkin menanyakan pertanyaan yang sama padanya
karena aku tahu kini ia bersekolah di sekolah yang setiap harinya belajar lebih
dari delapan jam pelajaran. Ia selalu pulang kira-kira pukul 15.00 tapi hari
Sabtu diliburkan sehingga ia selalu pulang sore hari. Namun tiba-tiba suaranya
yang terdengar sangat cool
menghentikan aktivitas otakku yang sedang mencari pertanyaan.
“Ikut
bimbingan belajar apa emang? “
“Kimia.”
“Wah
berarti masuk jurusan IPA dong.”
“Maunya
sih gitu. Tapi lihat nilai-nilai aja, emang bisa atau engga. Tumben naik nomor
5?”, suaraku sudah tidak terdengar gugup. Mungkin ia melihat wajah keherananku
karena di tahu bahwa aku ingat dia selalu naik angkota nomor 10 apabila pulang
ke rumah. Dia memasang sedikit senyum manis dibibirnya yang membuatnya semakin
terlihat tampan.
“Iya,
emang sekarang aku lebih sering naik angkota nomor 5.”
“Oh.”
Di
dalam hati aku bertanya ‘mengapa baru bertemu sekarang?’ Namun tak ada gunanya
bertanya-tanya sendiri di dalam hati. Suasana hening. Kami tak saling
berpandangan dan sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
Aku
tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Duduk di dalam angkota yang sama dengan
seorang yang sangat aku sukai sejak aku duduk di bangku sekolah menengah
pertama dan mungkin saat ini pun aku masih menyukainya. Walaupun sedikit.
“Ikut
Olimpiade Astronomi ya?”, pertanyaan yang hanya basa-basi saja karena
sebenarnya aku tahu bahwa ia mengikuti olimpiade tersebut.
“Iya.”
“Gimana
pengumumannya?”
“Engga
tahu. Hehehe”
“Lho.”
“Hahaha
emang engga tahu, yang penting pengalamannya lah. Hmm… turun di Asia ya?”
“Iya.
Kamu turun di PDI ya?”
“Hm
…”
Mengapa
angkota ini berjalan sangat cepat? Padahal aku ingin berada di dalam angkota
lebih lama bersamanya.
“Aku
duluan ya.” Kataku terlihat kecewa.
Rasanya
aku tak ingin beranjak dari tempat dudukku sekarang. Tak ingin ku ucapkan
kata-kata itu. Tapi aku harus turun.
Tak
kusadari aku berjalan menuju rumah dengan memasang senyumku yang tidak manis
sedikitpun. Aku senang bisa mengobrol dengannya lagi. Aku membuka pintu rumah
yang masih terkunci sambil mencari ponsel disaku bajuku. Ku lihat layar ponsel
hitam abu-abu itu, tapi tak ada pesan satupun. Ingin rasanya aku mengirimkan
pesan singkat kepadanya, tapi entah mengapa rasa gengsiku terlalu besar. Aku
meninggalkan ponsel di atas meja belajar yang berada di kamarku. Cepat-cepat aku membersihkan
badan, makan, dan bersiap untuk tidur karena kau merasa lelah hari ini. Aku
lemparkan tubuhku di atas tempat tidur dan saat ku lihat layar ponselku
tertulis nama Radityo. Ya, lelaki yang aku sukai sejak sekolah menengah pertama
itu. Radityo Yunus Utomo Wicaksono. Entah karena apa, aku selalu ingat nama
yang panjang itu. Tak sadar aku tersenyum lebar dan wajahku yang tadinya muram
kini terlihat lebih ceria. Di dalam pesan singkatnya ia menuliskan : ‘Aku
enggak sombong kan’. Ah… membahagiakan.
Tubuhku
sejak tadi sudah berada dalam posisi tidur. Namun setiap aku berusaha
memejamkan mata, selalu senyum manisnya yang terlintas di bayanganku. Wajah
tampannya akan semakin terlihat tampan apabila ia tersenyum. Andai aku bisa
menikmati senyum itu setiap hari. Itu hanya mimpi bagiku.
Saat
ku buka mataku, ternyata tanganku masih memegang ponsel. Ku lihat layar ponsel
lagi. Aku tak ingin tersenyum. Tidak ada balasan pesan singkat darinya setelah
aku mengirimkan pesanku kepadanya. Rasanya aku ingin meneleponnya, tapi apa
daya lagi-lagi gengsiku terlalu besar. Lagipula aku tidak memiliki cukup banyak
pulsa untuk meneleponnya. Maklum saja, aku bukan dari keluarga yang
berkelebihan. Tepatnya keluarga yang sangat sederhana. Walaupun terkadang tidak
semua kebutuhanku dapat terpenuhi, tapi aku sudah merasa cukup. Aku merasa
sangat cukup. Ayah dan ibu yang bekerja sebagai guru. Dan kakak adik yang
jarang terlihat bertengkar, itu membuatku merasa cukup. Cukup bahagia.
Setelah
doa pagi, aku beranjak dari tempat tidur untuk memulai aktivitasku hari ini.
Hari Selasa. Aku tidak terlalu suka dengan hari ini. Tentunya karena ada mata
pelajaran Bahasa Inggris. Entah mengapa aku tidak terlalu suka dengan pelajaran
Bahasa Inggris. Ah mungkin karena nilai-nilaiku di mata pelajaran ini tidak
terlalu baik.
Pukul 07.00 pelajaran Bahasa Inggris dimulai.
Ragaku duduk di barisan kursi paling belakang, seperti biasanya Christya duduk
di samping kananku. Namun, pikiranku sedang tak bersama ragaku. Pikiranku terus
berjalan ke arahnya. Ke arah laki-laki itu. Mengapa aku selalu ingat hal-hal
kecil tentangnya. Aku begitu kagum ketika aku tahu laki-laki yang membuat
jantungku selalu berdegup kencang apabila aku duduk dekat dengannya itu
menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris. Nilai-nilanya membuatku sangat kagum.
Berbalik 180 derajat dengan aku. My Story
Page -3-
Aku
selalu ingin bisa sama sepertinya, jago dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
Saat ini, seakan pikiranku hanya tertuju padanya. Aku ingat lagi bahwa dulu
saat kami masih kelas 7, saat mata pelajaran Bahasa Indonesia sedang membahas
tentang pantun, ia pernah membuat sebuah pantun yang hingga kini aku tetap
mengingatnya.
Pergi ke Jogja berburu keris
Keris dipakai membunuh hiu
Jika kamu mengerti Bahasa Inggris
Apa arti kata: I love you?
Saat
bel pulang sekolah berbunyi, kami bertiga ¾
aku, Christya, dan Aisha, teman sekelasku kompak beranjak dari tempat duduk
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, cheerleading.
Aku
pulang kira-kira pukul 16.30. Tyok sudah tidak berputar-putar lagi di otakku.
Ya, aku memanggil Radityo dengan panggilan Tyok karena itu terdengar lebih pendek.
Dipikiran hanya terlintas aku ingin segera pulang ke rumah. Sangat kesal aku
salah memilih angkota nomor 5. Aku memasuki angkota yang sudah penuh sesak. Mau
tak mau aku harus duduk berdesak-desakan. Aku tak sadar ketika angkota yang ku
naiki berhenti dan menaikkan seorang penumpang lagi. Setelah ku sadari,
ternyata aku mengenal laki-laki itu. Tyok. Terima kasih Tuhan, Engkau telah
mempertemukan kami di angkota nomor 5 lagi. Langsung saja aku beri senyum
termanisku kepadanya walaupun menurutku senyumku itu sama sekali tidak manis.
“Pulang
sore lagi?”
“Iya,
tadi latihan cheers dulu.”
“Oh.
Hmm kok bisa ya kita ketemu lagi di angkota nomor 5?”
“Hahaha
aku juga tidak tahu.”
“Wah
sepertinya kita jodoh ya.”
“Ha?”
Rasanya telingaku ingin mendengar kata-kata itu lagi.
Walaupun
kami berada dalam angkota yang sangat penuh sesak, tapi kami masih tetap bisa
mengobrol. Dia bercerita tentang lomba rubik yang akan di ikutinya. Tentu saja
aku ingat bahwa ia sering mengikuti lomba rubik seperti itu. Aku ingat ketika
kami masih kelas 9, ia pernah mengikuti lomba rubik di Bandung. Saat Tyok di
antar ke terminal bus oleh orangtua dan adiknya, ia mengirimkan pesan singkat
kepadaku: ‘Seandainya kamu bisa ikut mengantarku ke terminal bus.’ Saat aku
membacanya, aku juga sangat ingin berada di terminal bus itu. Namun, aku hanya
bisa membalas pesannya dengan persaan sedih: ‘Hati-hati ya. Kamu pasti bisa.
Good luck.’
“Kamu
datang ya ke lomba besok.” Suaranya mengagetkanku.
“Dimana?
Kapan sih? Kalau aku bisa, pasti aku datang.”
“Besok
jam 16.00 di Balairung UKSW. Datang ya.”
“Oke.”
Keesokan
harinya wajahku sangat muram setelah aku ketahui bahwa sepulang sekolah aku
harus mengikuti latihan cheers lagi. Padahal aku sudah berjanji untuk datang ke
Balairung UKSW.
Pukul
16.10 aku masih bersama tim Squad of Smanssa, tim cheers sekolahku. Ku lirik
jam tanganku ternyata aku sudah terlambat. Aku langsung berlari dan
meninggalkan teman-temanku. Aku terus berlari menuju Balairung UKSW tanpa
memikirkan kelelahanku. Mataku terus berputar mencari dimana ia berada. Mataku
berhenti pada laki-laki tampan yang mengenakan kaos bergambar tokoh kartun
Patrick. Dia Tyok. Ia tersenyum ketika melihatku sudah berdiri di gedung ini.
Ketika ia telah selesai, ia menghampiriku dan
mengucapkan terima kasihnya atas kedatanganku. Sebelum pulang, Tyok menwarkan
makan malam, dan ia janji akan mentraktirku. Aku menikmati suasana itu. Suasana
romantis yang sejak dulu aku menginginkannya. Duduk berdua dengannya bercerita
semua tentang kita. Kurasa aku jatuh cinta lagi dengannya. Mengapa aku pernah
memutuskan hubungan kami? Aku sangat menyesalinya sekarang. Aku benar-benar
mencintainya. Namun apakah dia juga menyimpan rasa yang sama sepertiku?
Dalam
makan malam itu, ia banyak bertanya bagaimana perasaan seorang gadis terhadap
lawan jenisnya. Tyok bertanya bagaimana sikap seorang gadis apabila ia
mendekatinya. Ia juga bertanya tentang apa saja yang disenangi seorang gadis. Yang
membuatku terkejut, ia juga bertanya apa yang disenangi seorang gadis dari
seorang laki-laki.
Mungkinkah
aku yang ia maksud? Ah hanya mimpi kalau wanita yang ia maksud adalah aku. Aku
terlalu percaya diri. Namun aku sangat berharap gadis itu adalah aku. Aku pun pulang dengan hati yang gembira, tapi
penuh rasa penasaran.
Hari
demi hari aku semakin lebih dekat dengannya. Terasa dunia hanya milik kami
berdua. Aku suka cara dia bermain gitar. Aku suka cara dia berkata-kata. Aku
suka cara dia menghargai seorang gadis. Aku suka semua hal tentangnya. Saat ia
berada di rumahku, ia memainkan salah satu lagu dari Paramore dengan gitar
favoritnya. Aku sangat suka permainan melodinya. Aku merasa semakin
mencintainya.
Tiba-tiba
ia menyanyikan sebuah lagu:
Sudah katakan cinta
Sudah ku bilang sayang
Namun kau hanya diam
Tersenyum kepadaku
Kau buat aku bimbang
Kau buat aku gelisah
Ingin rasanya kau jadi milikku
Jantungku
seakan berhenti berdetak. Apakah di benar-benar tulus menyanyikannya untukku?
Atau aku hanya bermimpi? Nyatanya ia benar-benar sedang duduk disampingku
memegang gitarnya. Ingin aku mendengar lagi ia menyanyikannya. Jika ia sedang
tidak bercanda menyanyikannya, entah apa yang akan aku lakukan. Aku terlalu
bahagia bila aku menjadi kekasih hatinya. Dia terlalu sempurna untukku.
Walaupun aku tahu tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
My Story
Page -4-
“Gimana
lagunya?”
“Ha?
Bagus kok?”
“Cocok
kan kalau buat nembak cewek?”
“Hmm..
Pasti. Apalagi permainan gitarmu sangat bagus.”
“Nanti
sore aku akan menyatakan cintaku pada Helga. Kamu sudah tahu orangnya kan?
Sewaktu kita berada di Balairung UKSW. Aku menunjukkan gadis yang memakai kaos
bergambar Spongebobs. Apa kau ingat?”
“Ya
aku ingat.”
Seketika
itu juga tubuhku lemas tak bertenaga. Selama ini aku salah. Bukan aku gadis
itu. Namun Helga. Mengapa aku baru sadar bahwa saat lomba itu, ia memakai kaos
bergambar tokoh kartun Patrick dan itu ada hubungannya dengan Helga yang
memakai kaos bergambar tokoh kartun Spongebobs. Betapa tololnya aku mencintai
orang yang mencintai orang lain.
“Apa
kau tidak apa-apa?” tanyanya padaku penuh heran karena ia melihat raut wajahku
yang tiba-tiba pucat.
“Ya
aku tak apa-apa.”
“Ah,
kau kan teman yang baik kan? Pasti kau mau membantuku menyiapkan kejutan nanti
sore?”
“Pastilah.
Aku akan membantumu.”
“Tolong
belikan mawar kuning sebatang saja dan satu boneka Spongebobs. Karena Helga
sangat menyukai tokoh kartun Spongebobs.”
“Oke.”
Tyok
cepat-cepat pulang dari rumahku. Mungkin ia ingin mempersiapkan diri. Mengapa
tubuhku masih tak bertenaga. Tak sadar air mataku menetes. Tak bisa aku
menahannya. Aku ingin berteriak. Aku kesal mengapa aku terlalu berharap bahwa
Tyok juga mencintai aku? Aku bodoh. Aku tak berpikir bahwa aku tidak pantas
untuk mencintainya. Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku hanya bisa
terdiam. Kira-kira satu jam aku hanya duduk dan menangis. Menyesali perasaanku
sendiri. Perasaan yang tak berarti lagi. Namun, aku sudah berjanji kepadanya
untuk membantunya menyiapkan rencananya itu. Aku berdiri dan berjalan ke toko
bunga. Aku melihat sebatang bunga mawar kuning yang terpajang di etalase toko
bunga itu. Tanpa pikir panjang, aku langsung membelinya. Kemudian aku pergi ke
toko boneka di seberang jalan toko bunga. Aku membeli boneka sesuai perintah
Tyok.
Semua
telah siap. Tinggal menunggu kedatangan Helga. Helga datang dan Tyok langsung
menyanyikan lagu:
Sudah katakan cinta
Sudah ku bilang sayang
Namun kau hanya diam
Tersenyum kepadaku
Kau buat aku bimbang
Kau buat aku gelisah
Ingin rasanya kau jadi milikku
“Apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan
pacarku?” Kata-kata itu terucap dari bibir Tyok dengan lancar dan tegas.
Mungkin ia sudah berlatih di depan cermin untuk berbicara kepada Helga sehingga
tidak terlihat gugup.
“Apabila
aku boleh memanggilmu dengan sebutan pacarku, ambilah boneka Spongebobs ini. Namun,
apabila aku tidak boleh memanggilmu dengan sebutan pacarku, ambilah bunga mawar
kuning ini.”
Ya
memang benar, aku mendengarnya menyanyikan lagu itu lagi. Namun, ia
menyanyikannya untuk gadis yang benar-benar ia cintai. Bukan aku. Helga gadis
yang beruntung. Pasti saja dia menerima permintaan Tyok untuk menjadi kekasih
hatinya.
“Aku
ambil boneka ini ya.” Helga menjawab dengan yakin.
Seharusnya
aku juga bahagia melihat orang yang aku cintai juga bahagia walaupun bersama
orang lain. Aku memang harus belajar tersenyum melihat mereka bahagia. Air
mataku tak terbendung lagi. aku menangis di tempat itu. Saat Tyok melihatku
menangis, ia menghampiriku. Aku memeluknya erat.
“Kau
kenapa?”
“Aku
bahagia.”
“Terima
kasih kau mau membantuku.”
“Tentu
saja aku mau.”
Aku
tak ingin melepas pelukan ini. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tyok
sudah bersama Helga.
Aku
membuka buku catatan harianku. Aku menyelipkan foto yang aku ambil secara
diam-diam, fotonya saat sedang bermain gitar dan aku menuliskan dibelakang foto
itu:
I love you more than any word can
say
I love you more than every action I
take
I will be right here loving you
till the end
Subscribe to:
Posts (Atom)